Sabtu, 09 Maret 2013

Kolam Terpal



Budidaya lele adalah salah satu bisnis yang cukup menjanjikan. Betapa tidak permintaan pasar akan ketersediaan ikan lele semakin besar dari tahun ke tahun. Dalam hal ini ikan lele yang paling mudah dibudidayakan adalah ikan lele dumbo. Selain memiliki tekstur daging yang renyah sehingga diminati banyak orang, ikan lele dumbo juga merupakan jenis lele yang cepat besar, dan dalam perawatannya juga sangat mudah dilakukan.

Meski kondisi air tempat memelihara ikan lele dumbo tidak terlalu bersih, tetapi ikan ini terbukti dapat bertahan hidup dan berkembang dengan baik. Oleh sebab itu memelihara ikan lele di kolam terpal juga sangat layak dilakukan.

Dengan membudidayakan iklan lele melalui terpal, maka salah satu keuntungan yang bisa didapatkan adalah usaha ini dapat dijalankan meski modal yang tersedia tidak terlalu besar.

Dalam budidaya ikan lele di kolam terpal dapat dijalani dengan dua tujuan, yaitu sebagai pembibitan dan juga sebagai konsumsi. Bila kita memilih budidaya ikan lele sebagai pembibitan juga merupakan pilihan yang sangat tepat, sebab kebutuhkan akan bibit ikan lele juga selalu semakin meningkat setiap saat. Selain itu budidaya ikan lele dengan tujuan konsumsi juga merupakan pilihan yang tidak salah, sebab kebutuhan akan ikan lele untuk bahan konsumsi juga semakin hari semakin meningkat pula.


Budidaya Iklan Lele Untuk Pembibitan


Hal yang perlu diketahui bila ingin membudidayakan ikan lele, khusus pada bidang pembibitan adalah saat pemijahan dan penetesan telur lele. Setelah menetas bibit ikan lele dapat dijual kepada peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihari kembali hingga besar. Karena bibit lele langsung bisa dijual ketika menetas, sehingga merupakan salah satu peluang usaha yang cukup menjanjikan.

Penyediaan bibit ikan lele dengan ukuran 2-3 cm dapat tercapai ketika usia penetasan sudah mencapai sebulan. Umumnya pemeliharaan bibit dilakukan di kolom berlumpur atau sawah yang memerlukan lahan yang relatif lebih luas. Tetapi pemeliharaan bibit ikan lele juga sebenarnya bisa dilakukan di kolam terpal, meski hal ini tidak bisa dilukan dalam jumlah polulasi bibit yang terlalu besar. Agar bibit ikan lele cepat besar ketika memiliharanya pada kolam terpal, maka hal yang harus dilakukan adalah memberikan makanan berupa pelet yang cukup setiap harinya.

Untuk menjadikan bibit ikan lele hingga ukuran 5-7 cm, maka perlu waktu hingga 2 bulan. Setelah bibit mencapai ukuran ini, maka sejatinya sudah bisa dijual sebagai bibit yang mendatangkan profit bagi peternak.

Budidaya Ikan Lele Untuk Konsumsi


Lele untuk keperluan konsumsi dapat dipelihara ketika mencapai ukuran 5-7 cm. Ukuran bibit yang lebih besar, akan lebih baik pula untuk dibudidayakan. Agar panen berlangsung dengan cepat, yaitu sekitar 3-4 bulan masa budidaya, maka ikan harus diberi makanan ekstra dan optimal. Budidaya ikan lele untuk konsumsi dinilai cukup mudah, sebab ikan dengan ukuran lebih besar akan lebih tahan terhadap penyakit.

Persiapan Pembuatan Kolam Terpal

Hal yang paling utama dilakukan ketika ingin membudidayakan ikan lele untuk tujuan konsumsi adalah mempersiapakan tempat budidaya. Dalam hal ini dilakukan di kolam terpal, sehingga pembuatan kolam terpal adalah hal yang paling penting untuk dilakukan.

Dalam persiapan kolam terpal dibutuhkan material berupa terpal dan persiapan perangkat pendukung lainnya. Untuk 100 ekor ikan lele, maka kolam yang harus dipersiapkan adalah dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter. Pembuatan kolam bisa dilakukan dengan menggali tanah dan kemudian diberi terpal atau dengan membuat rangka dari kayu dan kemudian diberi terpal. Cara menggali tanah yang kemudian diberi terpal adalah cara yang paling tepat karena akan membuat kondisi terpal lebih tahan lama.

Pemeliharaan Ikan Lele

Kolam terpal yang sudah tersedia, kemudian diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebih dahulu. Untuk bibit ikan lele yang berukuran 5-7 cm bisi diisi dengan air 40 cm. Hal ini dilakukan agar anakan ikan tidak merasa capek naik turun dari dasar kolam untuk mengambil oksigen. Seiring dengan pertambahan usia dan juga ukuran tubuh ikan lele, maka kedalaman air kolam juga bisa dilakukan. Perlu disediakan pula rumpon atau pelindu untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah tertutup.

Pemberian pakan pelet dilakukan 2 kali sehari. Lebih bagus dilakukan pemberian makanan lebih dari dua kali sehari, tetapi dengan jumlah yang lebih sedikit. Bila lingkungan tersedia pakan alami seperti bekicot, kerang, keoang emas, rayap dan lain-lain, dapat dilakukan untuk menambah makanan alami untuk lele. Makanan alami ini selain menghemat pengeluaran juga bisa memberi kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele akan lebih cepat.

Penggantian air kolam terpal juga perlu dilakukan 10-30 persen setiap minggu. Meski ikan lele dianggap tahan terhadap kondisi air, tetapi bila air kolam terpal tidak diganti akan membuat kondisi air menjadi bau. Dengan kondisi air yang berbau akan membuat ikan lele mudah diserang penyakit.

Khusus untuk ikan lele pada usia 1 bulan, perlu dilakukan seleksi dan pemisahan yang memiliki ukuran yang berbeda.Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu diganti air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan berbau. Penyakit pada ikan lele mudah menyerang pada air dengan kondisi yang kotor. Pada usia satu bulan atau lebih, maka jika diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang memiliki ukuran yang berbeda. Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan. Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserang penyakit agar tidak menular.

Lele Phyton



Lele phyton adalah varietas lele unggulan baru yang datang dari Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Lele ini adalah varietas baru pengganti lele dumbo setelah lele sangkuriang.
Penggunaan induk yang tidak terkontrol membuat lele dumbo punya banyak kelemahan, mortalitas (tingkat kematian) benih yang tinggi dan tidak optimalnya produksi cuma sedikit dari kelemahan lele dumbo, dan hal-hal inilah yang melatarbelakangi dikembangkannya lele phyton sebagai varietas lele unggulan baru.
Beberapa waktu lalu, pemerintah baru saja merilis lele sangkuriang sebagai varietas lele unggulan. Lele phyton muncul dengan kualitas yang tak kalah bahkan bisa dibilang lebih baik dibanding lele sangkuriang. Bedanya hanyalah bahwa lele sangkuriang hasil riset laboratorium sementara lele phyton murni berdasarkan ‘coba-coba’ yang dilakukan oleh kelompok pembudidaya yang belajar secara otodidak.
Kualitas lele phyton juga diakui oleh Kasubdin Perikanan Budidaya Provinsi Banten, Wahjul Chair. Menurutnya, berdasarkan hasil pengujian ilmiah, lele phyton memang punya kualitas yang setara dengan lele sangkuriang. “Meski lele phyton ditemukan oleh pembudidaya namun kualitasnya boleh diadu dengan lele sangkuriang yang ditemukan dari laboratorium,” puji Wahjul.
Beberapa bukti keunggulan lele phyton dibandingkan dengan lele sangkuriang dapat dilihat dari konversi pakannya. Lele phyton memiliki FCR (Food Convertion Ratio) 1:1, maka satu kilogram pakan yang diberikan kepada lele phyton juga akan menghasilkan sekilo daging. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan FCR lele sangkuriang yang ‘hanya’ 1:0,81.
Keunggulan lain dari lele phyton adalah soal rasanya. Lele phyton amat aktif bergerak sehingga memiliki rasa daging yang lebih gurih karena kandungan lemak yang lebih sedikit. Lele phyton juga berpenampilan lebih menarik karena lebih langsing dibanding pendahulunya – lele dumbo – yang berpenampilan tambun.
Latar belakang ‘ditemukannya’ lele phyton adalah karena benih lele yang diambil dari daerah lain memiliki tingkat kematian yang tinggi dan kurang mampu beradaptasi di desa Banyumundu yang bersuhu dingin. Hal ini yang menjadikan Wawan, Ketua kelompok pembudidaya ikan air tawar Sinar Kehidupan Abadi, mencari cara untuk mengembangkan lele asli pandeglang yang cocok dengan iklim daerah itu. Setelah hampir dua tahun melakukan percobaan trial and error, lahirlah lele phyton pada 2004.
Wawan menjelaskan, lele phyton dihasilkan dengan menyilangkan induk eks Thailand generasi kedua (F2) dengan induk lele lokal. Digunakannya induk lele lokal dalam proses persilangan kemudian menghasilkan keunggulan lele phyton yang lain, yaitu kemampuan adaptasi terhadap iklim dingin yang dimiliki kabupaten Pandeglang. Kemampuan adaptasi tersebut membuat tingkat mortalitas lele phyton sangat rendah. “Survival Rate (SR/tingkat kelangsungan hidup) lele phyton bisa jadi di atas di atas 90%,” kata Wawan yakin.
Kemampuan adaptasi lele phyton bukan sekedar berguna untuk daerah dingin, untuk daerah beriklim panas lele phyton punya kemampuan adaptasi yang luar biasa. Kualitas lele phyton menjanjikan keuntungan yang terus menerus karena tingkat kelangsungan hidupnya yang tinggi.
Menurut perhitungan kami, dengan modal awal Rp 675 ribu, pendapatan pembudidaya bisa mencapai Rp 1,134 juta. Itu artinya ada keuntungan sebesar 450 ribu per kolam dengan 1000 lele untuk 40 hari siklus lele phyton.
Untuk detilnya, untuk satu kolam dengan 1.000 ekor benih tebar dan harga benih Rp 225/ekor, maka dibutuhkan Rp 225 ribu untuk pengadaan benih. Kemudian selama 40 hari pemeliharaan dibutuhkan satu kwintal pakan dengan harga sekitar Rp 4.500/kg. Itu artinya dibutuhkan Rp 450 ribu untuk pengadaan pakan. Jadi total modal yang perlu disiapkan oleh pembudidaya Rp 675 ribu.
Setelah 40 hari pemeliharaan, panen yang akan diperoleh mencapai 900 lele dengan asumsi survival rate 90%. Dengan berat lele 120 gram per ekor, akan didapatkan 108 kg lele per kolam. Dengan harga jual Rp 10.500/kg, pendapatan yang dikeruk pun mencapai Rp 1,134 juta. Jadi, keuntungan yang bisa diperoleh mencapai sekitar Rp 450 ribu/siklus. Itupun baru dari satu kolam.
“Yang membuat budidaya lele phyton semakin besar peluangnya adalah masih minimnya pasok ikan lele. Di Banten saja kebutuhannya yang mencapai 7 ton/hari belum terpenuhi,” kata Wawan. Kesimpulannya, buat anda yang ingin dipatuk keuntungan budidaya, lele phyton adalah pilihan yang tepat.

Tips Sukses

5 Tips Sukses Budidaya Ikan Lele

Setelah kita ketahui syarat hidup yang dibutuhkan untuk budidaya ikan lele, setelah hal tersebut dipenuhi maka kita bisa memulai budidaya ikan lele. Berikut ini tipsnya :

1. Kenali Ikan Lele yang akan kita budidayakan
Kenali dahulu ikan lele yang anda budidayakan, jenis makanannya dan juga jenis ikannya. Ini penting dipahami sebelum melakukan budidaya ikan lele.

2. Persiapkan Kolam Ikan Lele
Persiapkan Lahan untuk Kolam.  Kemudian Keruk sedalam minimal 50 cm. Setelah lahan tanah untuk kolam sudah dikeruk, buat rangka untuk terpal kolam ikan lele bisa menggunakan bambu atau rangka khusus terpal.  Pastikan posisinya presisi dengan kerukan tanah tersebut. Persiapkan terpal dan masukkan kedalam kerukan kolam ikan lele tersebut. Pasang terpal secara hati-hati dan pastikan supaya terpal tidak bocor. Selanjutnya apabila sudah memastikan terpal terpasang dengan baik di kolam yang sudah dikeruk, masukkan air dan ikan lele tentunya.
 
3. Persiapan Air Kolam
Persiapan air kolam ini juga wajib dan berperan sangat penting, karena banyak penyakit dan tingginya angka kematian ikan lele yg penyebabnya karena kondisi air yang tidak memenuhi syarat, misalnya PH airnya, banyak pengusaha ternak ikan lele hanya sebatas mengetahui saja bahwa PH yang baik uutuk ikan lele adalah antara 7 s/d 8, tapi tidak menerapkannya. Hal ini sangat merugikan, khususnya dalam usaha budidaya ikan lele, jangan menebar benih ikan lele dengan kondisi PH yang belum memenuhi syarat, sebaiknya gunakan alat pengukur PH agar tepat. Air bisa memakai air dari sumber manasaja, dengan syarat kadar besi rendah. Kalau air PAM wajib diendapkan dulu 1-3 hari, supaya koporit menguap.
 
Tata cara pemberian pakan ikan lele di budidaya ikan lele sangatlah penting, karena pemberian pakan ikan lele yang salah bisa mengakibatkan pemborosan juga bisa juga membuat ikan lele menjadi mati.
 
5 Pengambilan & Penebaran Indukan atau Bibit Ikan Lele
Proses pengambilan & penebaran indukan atau bibit ikan lele di budidaya ikan lele harus dilakukan dangan benar, belilah benih yang baik ditempat yang sudah terpercaya. Setelah itu proses pengiriman indukan juga harus dangan cara-cara yang benar, dan lepaskan benih ikan dengan cara yang benar ke dalam kolam. Pada tahap pembenihan juga ada proses penyortiran, bibit lele yang sudah disortir sesuai dengan ukurannya akan dijual atau dimasukkan kedalam kolam pembesaran benih selanjutnya. Para pembudidaya ikan lele biasanya melakukan proses puasa pada benih lele sebelum melakukan penyortiran, hal ini juga dilakukan oleh pembudidaya ikan lele pada segmen pembesaran, para pembudidaya ikan lele di segmen pembesaran biasanya tidak langsung memberi makan pada bibit lele yang baru ditebar selama setengah hari, bibit lele yang ditebar & langsung diberi pakan lebih rentan terserang penyakit & mengalami kematian.

Rahasia Kegagalan Budidaya Lele


PENDAHULUAN


Dalam beberapa waktu belakangan ini banyak sekali masyarakat kita yang mencoba berbudidaya ikan lele baik di pembesaran maupun pembenihannya.Kebanyakan yang dipilih adalah pembesaran yang “katanya” lebih gampang. Faktor yang melatar belakangi budidaya di masyarakat kita adalah :
1. Kesulitan ekonomi masyarakat secara global
2. Mendapat informasi dari teman atau keluarga yang telah berkecimpung di budidaya lele
3. Tertarik dengan banyaknya buku buku tentang budidaya ikan lele
4. Adanya lahan kosong yang bisa bermanfaat bila dikembangkan
Pada kenyataannya setelah beberapa waktu berbudidaya ternyata banyak sekali yang menemui kegagalan.Beberapa kejadian yang sering terjadi dalam budidaya ikan lele adalah:
1. Banyak ikan lele yang hilang/sakit
2. Hasil atau tonase jauh dari harapan
3. Banyaknya kerugian yang dialami
Kalau dilihat dari harga di pasaran jelas sangat menggiurkan.1 kg ikan lele bisa sampai Rp 15.000.00. Inilah yang banyak budidayawan terjebak ingin mencoba budidaya ikan lele.padahal budidaya ikan lele bukan coba coba. Harga yang melambung tinggi harusnya bisa disimpulkan kalau budidaya ikan lele tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Karena hal hal tersebut saya ingin meluruskan dan mencoba membantu masyarakat lewat tulisan yang mungkin secara tampilan tidak terlalu bagus tapi isi dari tulisan ini insyaAllah bisa bermanfaat bagi masyarakt pada umumnya dan pembudidaya ikan lele pada khususnya.
Didalam tulisan ini insya Allah akan dikupas lebih lanjut beberapa faktor yang menjadi kendala bagi budidaya ikan lele. Dan bila ada yang berminat dan serius menekuni budidaya ini bisa menghubungi penulis.


FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI BERBUDIDAYA IKAN LELE


Budidaya ikan lele sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat pulau jawa pada khususnya. Harga benih maupun ikan lele konsumsi melambung tinggi. Inilah yang menggiurkan sebagian orang untuk berkecimpung dalam usaha budidaya ikan lele. Ada yang mempunyai modal tinggi maupun modal yang pas pas an mencoba peruntungan.Sayang sekali tekad yang dipunyai tidak disertai dengan pengetahuan tentang program budi daya lele dengan benar. Mereka hanya tahu setengah setengah.entah dari buku atau orang orang yang “katanya”sudah pernah berkecimpung dalam usaha itu awalau kebenarannya diragukan. Akhirnya budidaya yang dilakukan sekedar pekerjaan yang hanya membuang tenaga dan uang saja.

Faktor yang membuat masyarakat ingin berbudidaya adalah :


1. KESULITAN EKONOMI MASYARAKAT SECARA GLOBAL

Pada masa sekarang ini tidak dapat dipungkiri ekonomi kita terpuruk. Harga barang pokok melonjak drastis. Pendapatan sebulan yang dulu bisa untuk keperluan lain lain sekarang untuk beli lauk telur pun susah apalagi daging. Hal inilah yang memicu sesorang untuk mendapatkan hasil sampingan selain penghasilan pokok. Salah satu yang bisa diandalkan adalah budidaya ikan lele. Walaupun sampai sekarang jarang yang berhasil.Hal inilah yang menyebabkan harga ikan lele melambung tinggi. Barang langka di pasar maka harga barang akan naik dan permintaan meningkat.

2. MENDAPAT INFORMASI DARI TEMAN ATAU KELUARGA YANG TELAH BERKECIMPUNG DI BUDIDAYA LELE

Kalau dihitung banyak masyarakat kita yang sudah berkecimpung diusaha budidaya ikan lele. Sebanyak 80% menggunakan sistem tradisional dan hanya 20 % yang menggunakan sistem semi intensif dan intensif. Bagi orang awam gagal atau tidaknya budidaya yang tahu hanya pelaksananya saja. Masyarakat akan memandang bila ada lele yang banyak sekali dikolam berarti untung.Padahal belum tentu.Dan bila ada yang bertanya tentang hasil panen itu pasti jawabnya “ UNTUNG”. Kenapa jawabnya seperti itu padahal bila yang melihat orang budidaya pasti RUGI. Jawabnya: MALU. Inilah yang sering dipakai dimasyarakat kita.kita percaya omongan orang tanpa tahu kebenarannya.Setelah mengikuti teman kita baru kita tahu bahwa benar budidaya itu susah sah gampang. Budaya IKUT IKUT an inilah yang menjadikan banyak budidaya mengalami kegagalan.

3. TERTARIK DENGAN BANYAK NYA BUKU TENTANG IKAN LELE

Bila kita berkunjung ke toko buku baik yang besar maupun kecil banyak sekali dijual buku buku tentang budidaya ikan lele. Bagi masyarakat yang masih awam dari buku inilah mereka dapat ilmu tentang program budidaya ikan lele. Tapi patut disayangkan banyak buku buku itu justru menjerumuskan masyarakat yang baru pertama kali berkecimpung dalam budidaya ikan lele. Terutama pada bagian analisa usaha serta proses budidaya itu sendiri. Terkesan program yang ditawarkan terlalu muluk muluk. Keuntungan yang sangat besar hampir tidak ada resiko. Tetapi kenyataannya banyak yang mengalami kegagalan. Dalam tulisan ini penulis akan mengupas hal hal yang harusnya ada dalam budidaya

4. ADANYA LAHAN KOSONG YANG BISA DIMANFAATKAN

Di pedesaan banyak sekali tanah dan lahan kosong yang tidak produktif.Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuat kolam ikan.Sayang sekali kolam yang digunakan masih tradisional yaitu dengan cara membuat lubang atau kubangan sehingga bisa menjadi kolam ikan.Padahal ini sangat tidak efektif untuk budidaya ikan lele.Mengapa? Jawabanya ada dalam tulisan ini.


BEBERAPA PARADIGMA YANG KELIRU TENTANG BERBUDIDAYA

1. BENIH IKAN
Banyak dari teman teman budidaya kita meremehkan tentang benih ikan lele yang akan di tebar. Kita kadang “sembarangan” dalam hal memilih dan membeli benih ikan lele.
Mereka menyediakan bibit lele dari 2 kondisi yaitu dari pembenihan dengan kolam tanah dan tanpa tanah.Banyak yang melakukan pembesaran ikan lele di kolam terpal atau tembok yang tanpa tanah tapi bibit yang digunakan bibit lele dari kolam tanah. Padahal hal ini salah karena terdapat 2 kondisi yang berbeda.yaitu dari kondisi yang baik ke kondisi yang lebih ekstrem. Hasilnya pertumbuhan lambat,banyak yang kena penyakit dan bermuara pada hasil panen yang merosot tidak sesuai dengan keinginan.
Untuk mengetahui mengapa bisa seperti itu dan bagaimana cara mengatasinya dapat menghubungi penulis.

2. PAKAN
Banyak pembudidaya dalam mengelola pembesaran ikan lele menggunakan program pakan sesukanya dengan menghiraukan prosedur yang ada. Ada yang menggunakan pakan pelet standar tapi hanya sebagian atau malah kurang dari 50%. Mereka menambahkan pakan dengan daging,kerang,ayam mati,tikus mati dan beberapa daging yang tidak terpakai untuk porsi pakan ikan lele. Sepintas kalau dilihat memang ekonomis dari biaya pakan yang cukup mahal. Tetapi sebenarnya hal tersebut jusru akan merugikan petani budidaya. Boleh di cek yang menggunakan pakan tambahan tersebut diatas pasti mengalami kerugian total.Hasil panen menurun drastis misalnya harusnya menghasilkan 200 kg yang ada hanya 20 – 40 kg dengan tambahan adanya ikan lele berukuran super besar 3 – 5 ekor..Benar atau tidak?Setelah itu petani budidaya akan bingung kenapa bisa terjadi.padahal sudah diberi pakan tambahan yang kalau dilihat “Lebih bergizi dan berprotein”(Menurut perasaan).
Disini penulis ada jawabannya dan cara mengatasinya.bila berminatdapat menghubungi penulis untuk mendapatkan jawaban dan cara mengatasinya.

3. JUMLAH TEBAR
Untuk jumlah tebar sebagian besar petani budidaya ikan lele jarang yang menghitung berapa jumlah yang sesuai dengan kolam yang dipunyai. Tidak jarang untuk kolam denga luas 3 x 5 meter di beri bibit ikan lele lebih dari 10.000 ekor. Hasilnya banyak ikan yang tidak tumbuh. Muncul pertanyaan “ kok gak besar besar lele yang dipelihara.”. dan setelah dipanen lagi lagi hasil panen mengecewakan.selain tonase kurang dari yang diharapkan ikan yang dihasilkan kurus kurus dan tidak disukai pasar.Apa yang terjadi..
Lewat modul yang disusun oleh penulis akan didapat jawabannya dan dapat diketahui cara mengatasinya. Tertarik? Anda dapat menghubungi penulis.

4. KOLAM
Pemilihan kolam yang dipakai untuk budidaya kadang terlihat sepele.padahal itu menentukan keberhasilan dan kelangsungan budidaya lele itu sendiri. Banyak petani budidaya yang gulung tikar atau rugi terus menerus karena salah memilih bentuk kolam.Ada beberapa jenis kolam yang digunakan dalam budidaya ikan lele dari kolam beton/tembok,kolam tanah,kolam terpal atau perpaduan dua kolam tersebut.
Masing masing mempunyai kelebihan dan kelemahan masing masing..tetapi ada satu yang lebih ekonomis,efektif dan efisien..dan kolam itu adalah kolam terpal dengan desain tertentu.mengapa desain tertentu.karena ada beberapa keunggulan kolam itu dibanding kolam lain.salah satunya bisa menghemat biaya operasional dan praktis.ada kelebihan lain. Kelihatan sederhana tapi bisa dibuktikan keefektifan dan keefisiennya
Anda bisa dapatkan model kolam itu dengan menghubungi penulis untuk mendapatkan modul yang akan mengupas segala persoalan budidaya itu.

5. AREAL KOLAM
Yang dimaksud dengan areal kolam adalah tanah atau lahan yang akan digunakan untuk budidaya ikan lele.Kadang kita menggunakan areal luas yang seharusnya bisa menghasilkan 8 juta – 10 juta rupiah tetapi banyak yang hanya mendapatkan untung ratusan ribu bahkan merugi yang akhirnya terbengkalai menjadi lahan yang tidak efektif.
Didalam tulisan atau modul yang disusun penulis anda akan dapatkan cara memanfaatkan lahan seoptimal mungkin.

6. HILANG ATAU BERKURANGNYA IKAN LELE
Ada anggapan sebagian teman teman budidaya kita hilang atau berkurangnya ikan lele yang dibudidayakan karena akibat masuknya ikan kelumpur atau ada yang memancing.padahal anggapan itu belum tentu benar karena hilangnya ikan lele atau berkurangnya hasil itu murni disebabkan kesalahan prosedur budidaya.
Semua dikupas dalam tulisan di modul yang disusun oleh penulis.


Jumat, 08 Maret 2013

Lele Dumbo

  1. Lele Dumbo
Jenis lele yang ini banyak dibudidayakan. Secara umum sosok lele dumbo mirip dengan lele local hanya ukuran tubuh lele dumbo lebih besar (cenderung lebih panjang dan lebih gemuk) dibanding jenis local. Qarna tubuh lele dumbo akan berubah bercak-bercak hitam dan putih bila ikan terkejut atau stress. Kondisi tersebut bersifat sementara dan akan segera normal kembali jika kondisi lingkungan kolam sudah stabil.
Jumlah sirip lele local dan lele dumbo sama, tetapi sirip keras (patil) pada lelel local lebih berbahaya daripada lele dumbo. Patil lele dumbo tidak begitu beracun bila dibandingkan dengan lele local, ukurannya juga lebih pendek dan tumpul. Sedangkan sungut lele dumbo relative lebih panjang dibandingkan dengan lele lokal. Lele dumbo tidak merusak pematang.
Beberapaliteratur menyebutkan menyebutkan lele dumbo merupakan hasil perkawinan silang dua species, yakni antara lele betina Clarias fuscus dari Taiwan dan lele jantan Clarias mossambicus dari Kenya, Afrika. Dari hasil perkawinan tersebut, diduga sifat-sifat lele jantan lebih dominan. 

lele dumbo di Indonesia yang menjadi salah satu produk unggulan perikanan yang banyak digemari oleh masyarakat sebagai bahan konsumsi dan dijadikan bisnis yang bisa memberikan nilai keuntungan yang luar biasa, mengingat permintaah akan ikan yang satu ini setiap tahunnya selalu meningkat pesat Lele Dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu keluarga cat fish dan ikan yang hidup di air tawar, jenis ikan yang satu ini sangat mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, memiliki "kumis" panjang dan tubuhnya agak pipih memanjang. Ikan yang berasal dari Afrika ini secara ilmiah memiliki beberapa species maka tidak mengherankan apabila di Nusantara sendiri memiliki banyak nama daerah. Lele dumbo yang lebih dikenal oleh orang Indonesia diambil dari badannya yang lebih besar dibandingkan dengan lele jenis lain seperti lele kampung dan tidak memiliki patil yang membahayakan apabila menancap pada tubuh manusia, seperti lele pada umumnya lele dumbo juga bersifat nocturnal atau aktif pada malam hari untuk mencari makan sedangkan pada siang hari cenderung diam dan bersembunyi ditempat yang gelap. habitat asli lele dumbo dengan marga clarias merupakan penghuni habitat air tawar dan ditemukan dialiran sungai, rawa, waduk dan sawah yang tergenangi air bahkan karena kemampuan hidupnya yang kuat banyak ditemukan pula diselokan atau got-got pembuangan bahkan yang airnya tercemar sekalipun.
Di Indonesia sendiri banyak para petani yang membudi dayakan jenis lele dumbo karena perawatannya yang tergolong mudah serta banyaknya permintaan akan lele dumbo ini sebagai ikan konsumsi serta memiliki masa waktu panen yang relatif cepat.
Para petani di Jawa Barat membagi beberapa nama sesuai dengan lama hidupnya dan ukuran tubuhnya dari mulai telur, larva, kebul, belo, kapalang dan terakhir lele siap konsumsi yaitu disebut daging. Dari tingkatan tersebut umumnya lele dumbo sudah bisa dijual kembali sebagai bibit kepada para petaniyang melakukan tehnik pembesaran sampai siap panen. Selain sebagai konsumsi lele dumbo juga saat ini banyak digemari oleh para pemancing air tawar dengan ukuran rata-rata per ekornya mencapai 1 kg makanya tidak heran apabila saat ini banyak kolam tempat pemancingan yang menggunakan lele dumbo sebagai pengganti ikan mas.

Dalam kaitan dengan masalah hibridisasi atau perkawinan silang antarikan lele ini, marilah kita adakan tinjauan buku-buku tentang ikan lele yang ada di dunia ini. Sangatlah menarik  studi  yang  dilakukan  oleh  majalah pertanian TRUBUS (Oktober 1986).
BPPAT, Bogor telah meneliti mengenai penanaman species lele dumbo secara ilmiah, yaitu menurut keadaan morfologi, warna tubuh,  ukuran  perbandingan panjang batok kepala dibanding panjang badan dan sifat-sifat lainnya, disimpulkan bahwa lele dumbo itu tidak mirip dengan Clarias fuscus, melainkan lebih mirip dengan C. mossambicus dari Afrika, di mana panjang batok kepalanya 1/5 bagian dari panjang badannya.
Menurut keterangan importirnya, lele yang diimpor tersebut adalah hasil kawin silang antara induk betina asli jenis Taiwan (C. fuscus ?) dengan induk lele jantan asal Kenya, Afrika.
Di benua Afrika yang sangat luas itu telah ditemukan banyak sekali jenis ikan lele." Menurut Guy Teugels dalam bukunya A Systematic Outline of the African Species of the Genus Glorias (1982), di Afrika paling kurang ditemukan 122 species walaupun kemudian ternyata nama-nama yang diberikan oleh penemunya setelah diteliti kembali banyak yang sinonim alias sama, jadi diberi nama dobel.
Menurut W.J.A.R. Viveen dan kawan-kawan dalam bukunya Practical Manual for the Culture of the African Catfish (1907) dinyatakan bahwa di Afrika banyak sekali jenis lele, tetapi yang menonjol (dominan) ada 4 species, yaitu C  lazera, C. mossambicus,  C. senegalensis, dan C. ariepinus. Oleh Burchell (1822)  keempat species itu dinyatakan dilebur menjadi satu species, yaitu C gariepinus. Peleburan nama itu katanya, dengan mengingat bahwa ciri- ciri fisik keempat species itu sangat mirip, hanya berbeda tempat penyebaran (tempat ditemukannya). Demikian hasil telaah majalah pertanian TRUBUS berdasarkan beberapa buku. Sifat-sifat dari keempat species yang lebur menjadi C. gariepinus itu disajikan pada tabel.
Kiranya menjadi jelas sekarang, lele dumbo itu walaupun bapaknya C mossambicus yang berasal dari Kenya dan  induknya C. fuscus asli Taiwan, diberi nama C. gariepinus (C.  mossambicus  sinonim  C.  gariepinus),  sedangkan lele dumbo itu banyak mewarisi sifat-sifat bapaknya ! Sekarang diputuskanlah nama ilmiah lele dumbo adalah : Clarias gariepinus (hibrida), dari Kelas : Pisces, Ordo : Ostariophysi, Famili: Clariidae, Genus : Clarias.
 Menurut TP. Chen dalam bukunya Aquaculture Practices in Taiwan (1979), Clarias fuscus yang diambil betinanya dalam kawin silang dengan lele asal Afrika itu, selain di Taiwan juga terdapat di Amerika. Tetapi di Amerika ikan  lele ini tidak disukai dan dianggap merugikan karena suka memangsa ikan lain. Di Taiwan, C. fuscus ini maksimal hanya dapat mencapai berat badan 500 gram, dan sangat digemari oleh orang Taiwan dan Hongkong. Konon orang Cina percaya bahwa sup ikan lele mengandung tonik, tetapikurang jelas apa khasiatnya yang pasti. Oleh karena itu sup ikan lele banyak dicari orang dan dijual di restoran. hun hanya dapat mencapai berat badan 150 gram. Lele asli Indonesia ialah C. batrachus juga terdapat di Taiwan.

LeLe Sangkuriang

Lele sangkuriang  merupakan lele dumbo strain baru hasil dari rekayasa genetic yang dilakukan oleh BBAT sukabumi dalam upaya perbaikan mutu ikan lele.
 
 Pada awalnya, lele belum memiliki varietas yang dapat diunggulkan sehingga usaha budidaya ini belum dilirik oleh masyarakat. Saat itu, lele yang dibudidayakan hanya sebatas lele lokal yang kurang menghasilkan. Namun, setelah masuknya jenis lele dumbo yang masuk Indonesia pada tahun 1985 usaha budidaya ikan lele semakin meningkat dan banyak digemari. Saat pertama kali dibudidayakan, lele dumbo membuat peternak di tanah air bersukacita lantaran ukuran konsumsinya mencapai 10-15 ekor/kg, bahkan ukuran konsumsi ini hanya didapat dalam waktu budidaya selam 70 hari.

Namun demikian, perkembangan budidaya lele dumbo ini juga mengalami penurunan kualitas. Hasl yang diperoleh masyarakat terkadang tidak sesuai yang diinginkan. Ukuran konsumsi 10-15 ekor/kg yang awalnya dapat diperoleh dalam waktu 70 hari, belakangan untuk mencapai ukuran serupa waktunya molor hingga 100 hari. Penurunan kualitas ini lebih disebabkan karena kurang pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan induk yang baik. Perkawinan lele sekerabat (inbreeding) dan seleksi induk yang slaah atau berkualitas rendah merupakan salah satu akibat dari penurunan kualitas lele dumbo yang dihasilkan. Perkawinan sekerabat atau segenerasi menyebabkan  pertumbuhan lele menjadi lambat. Petani pun mulai mengeluhkan penurunan kualitas ini. Penurunan kualitas lele dumbo ini dapat dilihat berdasarkan: pematangan gonad, derajat yang diperlukan untuk penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit, dan nilai FCR (Feeding Convertion Rate).

Seiring perkembangan dunia perikanan kini muncul varietas baru yang diberi nama lele sangkuriang. Pada awalnya pengembangan lele sangkuriang ini dilakukan oleh BBPBAT Sukabumi beberapat tahun silam. BBPBAT Sukabumi melakukan upaya perbaikan genetik melalui cara silang balik atau backcross breeding antara induk lele dumbo betina generasi kedua (F2) dengan induk lele dumbo jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di BBPBAT Sukabumi dari keturunan kedua lele dumbo yang dibawa ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan induk yang telah ada di BBPBAT Sukabumi. Indukan betina F2 dipilih yang bobotnya 0,7-1 kg dan memiliki panjang 25-30 cm. Sedangkan, jantan F6 dipilih yang berbobot 0,5-0,75 kg dengna panjang 30-35 cm. Lele jantan haril perkawinan F2 dan F6 (F2-6) itu kemudian diseleksi dan dikawinkan kembali dnegan induknya yaitu F2. Perlu diketahui karena panjangnya proses perkawinan ini, sangkuriang baru diperoleh setelah 4 tahun penyilangan.

Dalam legenda Jawa Barat, yakni terjadinya Gunung Tangkuban Perahu niat Sangkuriang mempersunting Dayang Sumbi tidak diperbolehkan. Kandasnya niat Sangkuriang karena ternyata Dayang Sumbi adalah ibu kandungnya. Dalam masyarakat hal ini tabu untuk dijalankan. Namun bagi lele dumbo hal ini perlu dilakukan. Seperti yang telah dijelaskan di depan, perkawinan silang tersebut dilakukan supaya kualitas, fekunditas, produktifitas, dan rasio pakan keturunan lele dumbo ini kembali moncer. Hasil perkawinan silang inilah yang disebut sebagai lele sangkuriang. Lele sangkuriang ini telah dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi melalui Kepmen No. KEP.26/MEN/2004 pada tanggal 21 Juli 2004.

Dari hasil uji coba dan penelitian tebukti lele jenis sangkuriang lebih unggul dibandingkan dengan jenis lele dumbo biasa. Oleh sebab itu, sangkuriang menjadi sandaran baru bagi petani lele setelah penurunan kualitas lele dumbo.
 
Sumber:

    Muktiani,”Budidaya Lele Sangkuriang dengan Kolam Terpal”,Yogyakarta: Pustaka Paru Press, 2011.
    Mahyudin, Kholish,”Panduan Lengkap Agribisnis Lele”,Jakarta: Penebar Swadaya, 2011.

Kamis, 07 Maret 2013

Sejara ikan LELE


 SEJARAH SINGKAT

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin.

Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah,

antara lain :

ikan kalang (Padang),

ikan maut (Gayo, Aceh),

ikan pintet (Kalimantan Selatan),

ikan keling (Makasar),

ikan cepi (Bugis),

ikan lele atau lindi (Jawa Tengah).

Sedang di negara lain dikenal dengan nama:

mali (Afrika),

plamond (Thailand),

ikan keli (Malaysia),

gura magura (Srilangka),

ca tretrang (Jepang).

Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai

dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele

bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari,

ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada

musim penghujan.

Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand,

India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India

(daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha.



Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan :

1) Clarias batrachus,

dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan

maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).

2) Clarias teysmani

, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).

3) Clarias melanoderma,

yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa

Tengah), wiru (Jawa Barat).

4) Clarias nieuhofi

, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh

(Kalimantan Selatan).

5) Clarias loiacanthus

, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang

(Kalimantan Timur).

6) Clarias gariepinus

, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal

dari Afrika.

Jumat, 01 Maret 2013

Penyakit ikan LeLe

Hama dan Penyakit Pada Budidaya Ikan Lele
Hama dan Penyakit Pada Budidaya Ikan Lele

Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama.

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil. Jenis hama/penyakit :

1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron. Gejala: lele yang terkena bakteri ini: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air. Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik. Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur viterna yang diberikan 1 kapsul amne atau cara konvensional dengan Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.

2. Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum
Gejalanya : tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak ( karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan viterna 1 botol dikasih 1 kapsul amne dan dijadikan suplemen pakan, 1 tutup untuk 2 sd 5 kg pakan. atau cara konvensional dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.

3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.

Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit. pakan dikasih viterna yang diberikan 1 kapsul amne dalam 1 botolnya…dijadikan suplemen pakan harian.

4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis) Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.
Gejala:
(1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air
(2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang
(3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.
Pengendalian : air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan : dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari. pakan dengan campuran viterna yang dikasih amne 1 kapsul per botol vtn. dikasihkan dengan dosis anjuran.

5. Penyakit cacing Trematoda Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus.

Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.
Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian :
(1) direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit
(2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam
(3) menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ±30 menit
(4) memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit
(5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit. pakan dengan viterna sama dengan perlakuan di atas.

6. Parasit Hirudinae Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala : pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm. Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
5. pakan dicampur viterna yg sudah diberikan amne 1 kapsul per botolnya.
 

PENANGGULANGAN PENYAKIT LELE

Bermacam penyakit lele sering kali membuat pusing para pengusaha budidaya lele, baik yang berkecimpung di segmen pembenihan maupun pada segmen pembesaran, bahkan tidak jarang penyakit yang menyerang lele berujung pada kematian sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi para pengusaha ternak lele, penyakit lele bisa diakibatkan dari bermacam faktor, baik karena faktor alam maupun dari kesalahan tata cara pembudidayaan.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam hal penggulangan penyakit lele, diantaranya dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di alam atau disekitar lingkungan kita, selain lebih murah dan mudah didapat, pengobatan penyakit lele dengan bahan-bahan alami relatif lebih aman, baik untuk lele maupun untuk lingkungan sekitar.
Contoh penanggulangan penyakit lele dengan bahan alami yang sudah dilakukan oleh beberapa pembudidaya ikan lele :
1.    Radang usus, penyakit lele ini biasanya menunjukkan gejala lele akan terlihat berdiri tegak dan bagian kumisnya menyembul di permukaan air, beberapa pembudidaya menyebutnya seperti tiang listrik, jika ikan lele rekan-rekan pembudidaya mengalami penyakit lele seperti ini, penanggulangannya bisa dengan cara menggunakan buah mengkudu yang sudah masak/mateng, caranya mudah, ambil buah mengkudu yang sudah masak lalu masukkan pada kolam lele yang sakit, untuk ukurannya disesuaikan saja dengan besaran kolam, misalnya untuk kolam ukuran 2×4 cukup dengan 1 atau 2 buah mengkudu.
2.    Radang Insang, penyakit lele seperti ini biasanya menunjukkan ciri insang lele yang memerah. Penanggulangan penyakit lele seperti ini bisa dengan cara menggunakkan daun sirih dan daun pepaya. Caranya, ambil 10 lembar daun sirih dan 10 lembar daun pepaya segar, lalu rebus dengan 1 liter air (1gayung) biarkan mendidih sampai  air sat/susut menjadi tinggal 1 gelas. Setelah itu larutkan hasil rebusan air yang 1 gelas tadi dengan 10 gelas air bersih, hasil campuran inilah yang bisa digunakan, tebarkan larutan ini secukupnya pada permukaan air kolam yang terkena penyakit, dosis harus disesuaikan dengan luas kolam.
3.    Asam lambung, lele yang terkena penyakit ini biasanya akan terlihat kembung karena berisi gas/angin dan cairan, untuk penyakit ini penanggulangannya bisa dengan cara seperti penanggulangan pada penyakit radang insang.
4.      Penyakit  jamur/radang kulit, biasanya pada kulit lele akan terlihat bercak-bercak putih, atau jika yang sudah parah kulitnya seperti terkelupas, untuk penyakit lele  jenis ini, penanggulangannya bisa dengan ramuan seperti pada penanggulangan pada penyakit radang insang (no.2) hanya saja agar khasiat ramuan lebih efektif, sebaiknya ikan lele yang sakit direndam dalam baskom yang telah diisi dengan ramuan tersebut. jika jumlah ikan lele yang  sakit banyak, penanggulangan penyakit lele bisa dengan cara seperti di bawah ini :
  a. Kuras air kolam 50%
  b. Siapkan baskom/wadah yang bisa menampung jumlah ikan yang akan diobati, isi dengan ramuan  daun pepaya dan daun sirih (yang telah dicampur dengan air bersih 10:1)
  c. Masukan ikan lele  kedalam baskom/wadah, waktunya disesuaikan saja, jangan terlalu lama, jika ikan lele terlihat sudah megap-megap, berarti sudah cukup.
  d. Kembalikan ikan lele ke dalam kolam, tambahkan air kolam seperti volume awal, sebaiknya gunakan air yang berkualitas baik (Sudah dikompos atau air yang sudah melalui proses persiapan untuk air kolam).
  e. Untuk membantu proses penyembuhan, boleh menebar cairan ramuan tersebut ke dalam kolam (cara no.2), ditambah dengan memasukan buah mengkudu yang sudah masak/mateng (cara no.1) Ini hanyalah beberapa contoh cara penanggulangan penyakit lele dengan menggunakan bahan-bahan alami yang telah dilakukan oleh beberapa pembudidaya, 
 

Resep Pencegah Penyakit Lele Ditemukan UF-two

Mang Bina, tetangga saya berniat ingin membudidayakan ikan lele. Usaha berkebun dan bersawah yang dijalaninya selama ini kurang menguntungkan. Namun ketika melihat Sukri, kakaknya berkali-kali gagal, diapun segera mengurungkan niatnya. Menurutnya, kegagalan itu disebabkan oleh adanya serangan penyakit dan hingga kini belum ada obatnya.
Sukri bukanlah satu-satunya pembudidaya lele yang gagal. Masih banyak lagi yang lainnya, baik di lingkungan saya maupun yang saya dengar orang-orang serta yang saya baca dari facebook (FB). Saya termasuk anggota dari Catfish Care Indonesia (CCI). Kegagalan itu menjadikan banyak pembudidaya lele yang merugi dan menghentikan usahanya.
Melihat kegagalan itu, hati saya terketuk. Kebetulan waktu di Bogor saya pernah melakukan ujicoba penanggulangan penyakit lele. Namun ujicoba itu belum diteruskan karena alasan teknis. Pada Bulan Nopember 2010, saya membeli sebidang sawah seluas 600 m2. Dalam lahan tersebut, saya buat 18 buah kolam panjang 4 m, lebar 3 m dan tinggi 50 cm.
Sesuai dengan niat, maka kolam-kolam itu saya jadikan sebagai tempat percobaan. Dalam percobaan itu, saya lebih menitikberatkan pada pencegahan, bukan pengobatan. Karena menurut saya, mencegah lebih baik daripada mengobati, mengobati lebih sulit daripada mencegah. Selain itu mengobati memerlukan waktu yang lebih lama dan butuh biaya besar.
Percobaan pertama dilakukan dalam sebuah kolam panjang 4 m, lebar 3 m dan tinggi 0,5 m. Sebelum penebaran, kolam disiapkan. Persiapan kolam dilakukan sesuai dengan Standar Oprasional Prosedure (SOP) yang telah dibuat. Kemudian kolam tersebut saya tebar 15.000 ekor benih ukuran rata-rata 1,5 cm. SOP juga diterapkan selama masa pemeliharan.
Selama masa percobaan dilakukan pengamatan, meliputi ketahanan tubuh, pertumbuhan, tanda-tanda serangan penyakit, keadaan air dan lain-lain. Bila ada gejala serangan penyakit segera ditangani sesuai dengan SOP. Hasilnya cukup bagus. Dalam 3 minggu, benih mencapai ukuran 3 – 7 cm (beragam) sebanyak 12.650 ekor atau SR 84,30 persen.
Percobaan kedua dilakukan dalam 4 kolam. Persiapan kolam sesuai dengan SOP. Dalam setiap kolam, ditebar 62.500 ekor larva. Pemeliharaan juga sesuai dengan SOP. Pengamatan dan penanganan sama dengan percobaan pertama. Namun kepadatan itu ternyata terlalu tinggi, hingga harus dilakukan tindakan lain, yaitu penyebaran benih ke kolam-kolam lain.
Penyebaran benih dilakukan pada hari ke delapan untuk kolam pertama, kedua dan ketiga. Hingga kini sudah disebar ke tiga kolam, dengan jumlah masing kurang lebih 30.000 ekor, jumlah total 90.000 ekor. Benih dari kolam ke empat belum disebar, karena keterbatasan kolam. Di tiga kolam masih tersisa benih ukuran 2 – 3 cm tidak kurang dari 100.000 ekor.
Percobaan ketiga dilakukan dalam dua kolam. Setiap kolam ditebar 100.000 ekor larva. Persiapan dan pemeliharaan tetap sesuai dengan SOP. Hingga hari ke tujuh benih baru disebar ke satu kolam sebanyak 50.000 ekor, karena keterbatasan kolam. Namun benih yang tersisa masih banyak, diperkirakan lebih dari 120.000 ekor dan dalam kondisi sehat.
Semua yang digambarkan dalam artikel ini sungguh tidak bohong. Bila tidak percaya, silahkan datang ke UF-two. Terus terang saja, ini baru tahap percobaan, masih perlu penelitian lebih lanjut. Namun UF-two masih belum membutuhkan pihak lain. UF-two ingin mandiri, seperti tujuan awalnya. Resep ini menjadi materi pada tanggal 5-6 Maret 2011
Semoga Allah memberkati kita semua. Amin
 
 
 
 

Kisah Peternak LeLe

Asahan, 18 Juni 2012
Budidaya Lele Jumbo, Pengembangan Ekonomi Lokal Kelurahan Siumbut Baru

Oleh:
Rahdiansyah Pane, ST 
Asisten Kota Infrastruktur
Koordinator Kota 4 Tebing Tinggi – Asahan
KMW/OC 1 Sumatera Utara
PNPM Mandiri Perkotaan
Kelurahan Siumbut Baru adalah salah satu kelurahan di wilayah perkotaan yang berada di Kecamatan Kota Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, merupakan salah satu kelurahan yang memperoleh Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) di Tahun 2012 ini. Awalnya, Siumbut Baru merupakan bagian Kelurahan Siumbut Umbut. Akibat pemekaran, kelurahan yang akhirnya mandiri menjadi kelurahan tersendiri dan dikenal dengan nama Siumbut Baru itu memiliki luas area 770 Hektare dan terdiri dari 10 lingkungan yang dihuni 4337 jiwa.
Kelurahan Siumbut Baru dahulu dikenal sebagai lahan pertanian dan perikanan, yang sangat potensial sebagai penghasil beras, sayur-mayur dan cokelat. Namun, seiring pertumbuhan penduduk, sebagian lahan pertanian dan perikanan di kelurahan ini dijadikan area permukiman warga setempat maupun pendatang, sehingga lahan pertanian dan perikanan kian hari kian berkurang.
Lele Jumbo, budidaya yang berpotensi tinggi
memperbaiki ekonomi warga Kelurahan Siumbut Baru 
Walau demikian, kelurahan ini masih diperhitungkan di bidang pertanian dan perikanan. Apalagi dalam budidaya ikan Lele Jumbo, Kelurahan Siumbut Baru kerap menjadi pusat perhatian pengembangan dan produksi ikan Lele Jumbo. Memanfaatkan lahan yang ada, warganya masih mampu mengembangkan potensi kelurahan.
Budidaya ikan Lele Jumbo menjadi usaha menambah penghasilan warga. Selain mudah dipelihara, Lele Jumbo mudah pula dipasarkan. Oleh karena itu, budidaya Lele Jumbo menjadi populer di kalangan warga, dengan memanfaatkan sisa lahan dan pekarangan rumah sebagai kolam budidaya.
Dalam prosesnya, bagi warga, kegagalan bukanlah kendala. Selalu mencoba dan menekuninya adalah solusi menuai hasil yang diinginkan. Salah seorang warga, sebut saja Pak Rased, yang menggeluti usaha budidaya Lele Jumbo dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga hingga membiayai sekolah anak-anaknya sampai perguruan tinggi.
Berkat kesabaran dan keuletannya, bapak beranak lima ini mampu mewujudkan impian keluarga dengan memanfaatkan hasil budidaya Lele Jumbo untuk menopang kebutuhan hidup. Upayanya merupakan salah satu contoh usaha yang patut diambil manfaatnya dan membuktikan bahwa impian bisa jadi kenyataan. Belajar dari pengalaman Pak Rased, warga lainnya pun termotivasi mengembangkan budidaya Lele Jumbo.

Diskusi kelompok membahas
soal pemeliharaan Lele Jumbo 

Kebersamaan Kelompok Budidaya Lele Jumbo
saat memberi pakan

Kunjungan dari Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Asahan saat memasukkan bibit
Pengalaman Pak Rased berawal dari lahirnya kelompok potensial bernama Sri Maju, sebagai wadah membangun kebersamaan. Kelompok yang diketuai Suwito itu diharapkan mampu menjalin kemitraan dengan pihak luar, terutama pemerintah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Asahan.
Kelompok Sri Maju, yang merupakan binaan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Anugrah, Kelurahan Siumbut Baru ternyata berhasil bermitra dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Asahan.
Pada tahun 2011 yang lalu, Sri Maju memperoleh bantuan ikan Lele sebanyak 3.000 ekor. Walaupun usulan gagasan itu tidak seluruhnya terpenuhi, bantuan yang diperoleh sangat bermanfaat bagi warga untuk keberlanjutan usaha. Dalam pengelolaan budidaya ini, pihak dinas turut andil dalam pembinaan dan pengawasan. Bahkan, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Asahan turun langsung ke lokasi guna bertemu kelompok dan memberikan bimbingan teknis budidaya ikan lele, mulai dari pembibitan, pemeliharaan hingga pemasaran hasil panen.

Proses pembuatan

kolam warga

Kolam Warga

Panen Lele Jumbo

Pengarahan Kadis Perikanan dan Kelautan
Kab. Asahan saat panen ikan Lele Jumbo

Kadis Perikanan dan Kelautan Kab. Asahan
tampak menyaksikan panen Lele Jumbo
Kini budidaya ikan lele itu terus berlanjut dan dikelola dengan baik. Setiap panen, sebagian hasilnya disisihkan untuk menambah bibit baru dan kebutuhan operasional. Kelompok Sri Maju juga pernah memberikan santunan sosial kepada anak yatim sebanyak 8 orang, yang besarannya disesuaikan dengan jumlah laba bersih yang diperoleh.
Kelompok bertekad akan mengembangkan budidaya ikan Lele Jumbo sekaligus produksinya. Direncanakan, ikan lele ini diproduksi dalam kemasan sale, atau biasa dikenal Ikan Lele Sale. Dengan dikemas dengan cara ini, diharapkan dapat menarik minat pihak luar, baik sektor usaha maupun pemerintah dalam memberikan dukungan modal maupun pemasarannya. Diyakini pengembangan usaha ini merupakan potensi meningkatkan perekonomian masyarakat. (Sumut)
Editor: Nina K. Wijaya

Jenis Lele

JENIS IKAN LELE

Setidaknya terdapat enam jenis keluarga ikan berkumis ini, sebagian spesies pribumi dan sebagian lagi spesies asing, yang dapat dikembangkan di Indonesia.
1. Clarias batrachus dikenal sebagai ikan lele (Jawa),
· ikan kalang (Sumatera Barat),
· ikan maut (Sumatera Utara), dan
· ikan pintet (Kalimantan Selatan).
2. Clarias teysmani dikenal sebagai lele kembang (Jawa Barat),
· kalang putih (Padang).
3. Clarias melanoderma dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan),
· wais (Jawa Tengah),
· wiru (Jawa Barat).
4. Clarias nieuhofi dikenal sebagai ikan lindi (Jawa),
· limbat (Sumatera Barat),
· kaleh (Kalimantan Selatan).
5. Clarias loiacanthus dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat),
· ikan penang (Kalimantan Timur).
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo atau King Cat Fish, spesies asing yang berasal Afrika.
PEMIJAHAN
Memijahkan ikan lele/mengawinkan lele tidak sulit. Berikut ini syarat indukan dan perawatan indukan lele agar mau berpijah dan penanganan anakan lele.
-Bentuk dan ukuran kolam bervariasi tergantung selera pemilik dan lokasinya. Perlu diingat ukuran kolam jangan terlalu besar sehingga menyulitkan pemeliharaan kolam.
-Bagian dasar dan dinding kolam sebaiknya dibuat permanen
-Pada awal pemeliharaan, minggu ke-1 sampai minggu ke-6 atau pada saat umur anak lele 7-9 minggu, air kolam harus jernih.
-Pada minggu ke-10, kekeruhan air kolam dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air
Syarat indukan jantan:
-Kepala indukan jantan lebih kecil dari indukan ikan lele betina.
-Warna kulit dada indukan jantan agak tua bila dibanding indukan betina.
-Kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
-Gerakan indukan jantan lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng
-Perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal bila dibanding indukan ikan lele betina.
-Bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan lele jantan akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa+mani).
-Kulit jantan lebih halus dibanding betina.
Syarat indukan betina
-Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
-Warna kulit dada agak terang.
-Kelamin berbentuk oval atau bulat daun, berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar, letaknya di belakang anus.
-Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
-Perutnya lebih gembung dan lunak.
-Bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
Syarat umum indukan lele yang baik
-Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
-Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
-Beratnya berkisar antara 100-200 gram dan panjang 20-50 cm, tergantung tingkat kesuburan badan
-Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan gerakannya lincah.
-Umur indukan jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina satu tahun.
-Frekuensi pemijahan bisa satu bulan sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat makanannya harus mengandung cukup protein.
-Indukan lele siap memijah jika mulai berpasang-pasangan dan berkejar-kejaran. Segera tangkap indukan tersebut dan tempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.
Perawatan indukan dan anakan lele:
-Selama masa pemijahan dan masa perawatan, indukan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat (belatung), rayap atau makanan buatan (pelet). Indukan yang memijah membutuhkan pelet dengan kadar protein yang relatif tinggi yaitu kurang lebih 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan indukan lele karena kandungan lemaknya tinggi. Hentikan pemberian cacing sutra seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
-Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
-Setelah anakan atau benih berumur seminggu, indukan betina dipisahkan. Biarkan indukan jantan menjaga anak-anaknya. Indukan jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur dua minggu.
-Pisahkan indukan yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
-Atur aliran air bersih yang masuk 5-6 liter/menit.
PEMBUDIDAYAAN
Membudidayakan ikan lele terbilang sangat mudah dan murah jika melihat syarat hidupnya. Berikut ini adalah syarat hidup ikan lele di kolam dan keramba.
Syarat hidup di kolam
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, berlumpur, subur, dan tidak porous (melalukan air). 2. Lahan ideal untuk budi daya lele adalah sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam kebun, dan blumbang.
3. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
4. Ketinggian tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
5. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
6. Lokasi kolam hendaknya di tempat yang teduh tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
7. Pertumbuhan lele optimal pada suhu 20°C atau antara 25-28°C. Anak lele tumbuh baik pada kisaran suhu antara 26-30°C dan suhu ideal untuk pemijahan 24-28°C.
8. Lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin oksigen.
9. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan yang dapat mematikan ikan.
10. Perairan ideal untuk lele adalah yang banyak mengandung nutrien dan bahan makanan alami, dan bukan perairan yang rawan banjir.
11. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
Syarat hidup di keramba adalah
1. Sungai atau saluran irigasi yang tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
2. Dekat dengan rumah pemeliharanya.
3. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
4. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
5. Kedalaman air 30-60 cm.
Kolam untuk pendederan
1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan tubuh benih lele tidak akan terluka. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Di lantai dipasang paralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan dua bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara dua bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100cm x 200cm x 50cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
Pemeliharaan kolam/tambak
-Kolam diberikan kapur 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
-Air dalam kolam/bak dibersihkan satu bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan dua malam.
-Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan diberikan kapur sebanyak 200 gram/m2 selama satu minggu.
-Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
Pemupukan
-Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermanfaat untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
-Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-700 gram/m2. Bisa ditambahkan urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya kolam dibiarkan selama tiga hari.
-Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan biarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
-Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
Penjarangan
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran. Mengapa? Karena ikan lele tumbuh besar sehingga ratio antara lele dengan volume kolam tidak seimbang.
Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan
a. Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
b. Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
c. Lingkungan kolam tidak sehat karena berlebihan CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
Cara penjarangan pada benih ikan lele
1. Minggu 1-2, kepadatan tebar 5.000 ekor/m2
2. Minggu 3-4, kepadatan tebar 1.125 ekor/m2
3. Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
Pakan
Makanan alamiah lele adalah zooplankton, larva, cacing, serangga air, dan fitoplankton. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein dan kotoran yang berasal dari kakus.
Selain makanan alami, lele perlu mendapat makanan tambahan. Lele yang dipelihara di kecomberan dapat diberikan makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan dari rumah tangga, daun kubis, tulang ikan dan tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
Selain makanan sisa, makanan tambahan bisa berupa campuran dedak dan ikan rucah dengan perbandingan 9:1 atau campuran bekatul, jagung dan bekicot dengan perbandingan 2:1:1. Jika cukup modal, lele bisa diberikan makanan tambahan pelet.
Pemberian pakan
1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur yang dibawa sejak menetas.
2. Hari keempat sampai minggu kedua, benih lele diberi makan zooplankton yaitu Daphnia dan Artemia yang mengandung protein 60%. Makanan tersebut diberikan dalam jumlah 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam empat kali pemberian. Makanan ditebar di sekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
3. Minggu ketiga benih lele diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan kelima benih lele diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
5. Minggu kelima benih lele diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga benih lele diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
Pelet
Bahan makanan pelet buatan antara lain tepung ikan (27%), bungkil kacang kedele (20%), tepung terigu (10,5%), bungkil kacang tanah (18%), tepung kacang hijau (9%), tepung darah (5%), dedak (9%), vitamin (1%), mineral (0,5%).
Bahan-bahan itu dihaluskan untuk kemudian dicampur menjadi adonan seperti pasta. Adonan kemudian dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%.
Lemak bisa ditambahkan dengan dilumurkan pada pelet sebelum diberikan pada lele. Lumuran minyak juga berfungsi memperlambat pelet tenggelam.
Pellet mulai diperkenalkan pada ikan lele saat umur enam minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
Pada minggu ketujuh dan seterusnya lele sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pelet.
Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
Pencegahan penyakit
Untuk mencegah terkena penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan lele yang berumur dua minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah itu lele akan kebal selama enam bulan.
Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
PANEN
Lele sudah bisa dipanen setelah berumur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki tetap saja bisa dipanen sewaktu-waktu. Berat rata-rata lele yang siap dipanen sekitar 200 gram per ekor.
Lele dumbo bisa dipanen setelah berumur 3-4 bulan yang beratnya sudah mencapai 200-300 gram per ekor. Bila dibiarkan 5-6 bulan lagi, lele dumbo akan mencapai berat 1-2 kg per ekor dengan panjang 60-70 cm.
Pemanenan sebaiknya pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
Bila ingin dipanen seluruh lele, kolam dikeringkan sebagian sebelum ikan ditangkap menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau dengan jaring.
Bila lele ingin dipancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
Bila menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberikan pakan sehingga lele mudah ditangkap.
Setelah dipanen, biarkan selama 1-2 hari di dalam tong atau bak tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
Lele ditimbang dalam waktu singkat dan cukup sekali.
Pembersihan kolam selesai panen
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
-Dinding kolam disiram dengan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 kolam sampai rata.
-Lalu kolam disiram dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
-Kolam dibilas dengan air bersih dan dibiarkan kering terkena sinar langsung agar penyakit yang ada di kolam terbunuh.

Makanan Lele

Makanan Lele

Lele pada dasarnya merupakan hewan omnivora sehingga jenis pakannya cukup banyak. Selain pakan utama yang berupa pelet, lele juga dapat diberi makan berupa pakan alami atau pakan alternatif. Pakan alami ataupun pakan alternatif yang diberikan kepada lele harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu murah, mudah didapat, dan memenuhi kebutuhan nutrisi. Oleh karena itu sudah sewajarnya kita belajar mengenai Manajemen Pakan Lele.
1. Pakan Alami
Pakan alami yang dapat diberikan untuk lele cukup banyak. Beberapa jenis pakan alami yang dapat digunakan sebagai pakan lele antara lain keong mas, bekicot, cacing tanah, dan ikan rucah.
a. Keong Mas
Keong mas merupakan hama yang banyak mendatangkan kerugian bagi para petani. Binatang ini pertumbuhannya sangat cepat. Keong mas yang menjadi musuh petani ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan lele. Seluruh tubuh keong ini dapat dimanfaatkan sebagi pakan, terkecuali cangkangnya. Cara pemberiannya pun sangat mudah. Keong mas dipecah dan dikeluarkan dari cangkang, dipotong kecil-kecil sesuai ukuran mulut lele, kemudian dimasukkan ke kolam.
b. Bekicot
Kualitas bekicot sebagai pakan lele sama baiknya dengan keong mas. Hanya saja sekarang ini bekicot sudah mulai langka. Cara menyiapkan bekicot untuk pakan lele adalah sama dengan cara menyiapkan pakan dari keong mas, bahkan lebih mudah karena daging bekicot lebih mudah dikeluarkan.
c. Cacing Tanah
Cacing tanah cukup baik untuk digunakan sebagai pakan lele karena memiliki kandungan protein yang tinggi. Cacing tanah hidup di tanah yang lembap. Lubangnya ditandai oleh gundukan tanah yang berbentuk khas. Cacing tanah dapat diberikan dalam keadaan hidup maupun sudah kering. Sebaiknya cacing tanah dikeringkan terlebih dahulu untuk menghindari kemungkinan terbawanya bibit penyakit.
d. Ikan Rucah
Yang dimaksud ikan rucah adalah ikan kecil-kecil yang tidak layak konsumsi. Ditempat pelelangan ikan (TPI) banyak terdapat ikan yang tidak layak konsumsi, yang biasanya dikumpukan oleh pedagang dan dijual dengan harga yang sangat murah. Ikan rucah juga nerupakan makanan yang baik untuk lele. Sebaiknya ikan itu dicuci bersih terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan garamnya.

Makanan Lele

2. Pakan Alternatif
Pakan alternatif juga dapat digunakan untuk menekan biaya pemeliharaan sepanjang tidak mengurangi nutrisi yang diberikan pada lele itu. Pakan alternatif sebaiknya berasal dari limbah yang dijual dengan harga yang sangat murah, atau bahkan yang dibuang orang begitu saja.
a. Limbah Pemotongan Hewan
Tempat pemotongan hewan menghasilkan banyak sekali limbah. Memang tidak semua limbah dapat dimanfaatkan sebagai pakan lele. Hanya limbah kulit, jeroan, dan darah yang dapat digunakan sebagai pakan lele. Sebelum diberikan, sebaiknya limbah itu dipotong-potong terlebih dahulu dengan ukuran tertentu. Khusus untuk darah, sebaiknya diendapkan hingga membeku dan kemudian baru dipotong kecil-kecil
b. Limbah Peternakan Ayam
Kotoran ayam juga dapat dijadikan pakan lele. Hal itu karena kandungan proteinnya cukup tinggi, terutama limbah dari peternakan ayam yang dipelihara secara intensif. Bahkan beberapa peternakan mengkombinasikan ternak lele dengan ayam, yang dikenal dengan sistem “longyam”. Sebenarnya sistem ini beresiko bagi ayam karena kemungkinan ayam untuk terserang penyakit sangat tinggi akibat kelembapan yang berasal dari kolam yang ada dibawah kandangnya.
c. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga juga dapat menjadi sumber pakan yang baik bagi lele. Sisa-sisa makanan, terutama nasi, ikan, daging, sayur, dan sebagainya sangat baik sebagai pakan lele. Sisa makan ini dapat diberikan langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Sisa makanan dapat dikumpulkan dari tetangga sekitar bila menginginkan jumlah yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan lele yang dipelihara.
d. Bangkai
Meskipun menjijikan, namun bangkai dapat juga dijadikan sebagai pakan alternatif. Apabila kolam lele dekat dengan peternakan ayam, bangkai ayam yang mati dapat digunakan sebagai pakan lele. Sebelum diberikan, bangkai itu sebaiknya dipotong kecil-kecil terlebih dahulu. Yang perlu diperhatikan dalam mengolah bangkai adalah keamanannya, mengingat bangkai itu mungkin mengandung bibit penyakit berbahaya, misalnya flu burung.

Rabu, 27 Februari 2013

Nama - nama LeLe

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.

Nama-nama lele di Nusantara

 

Lele, secara ilmiah terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia), ikan 'keli' untuk lele yang tidak berpatil sedangkan disebut 'penang' untuk yang memiliki patil (Kalimantan Timur).
Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), dan 鲇形目 (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air.

Habitat dan perilaku

 

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari 2 kg,contohnya lele Wels dari Amerika.

Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang didatangkan dari Afrika.
Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya.
Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama - hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.